TEMPO.CO, Yogyakarta - Selepas meninggalnya Gun Jack, tak ada figur gali "hulig-huligan"--yang paling berkuasa--yang mampu meneruskan dan menggantikannya. Yang terjadi adalah perebutan lahan-lahan bekas kekuasaan Gun Jack oleh preman-preman yang keberadaannya tenggelam semasa Gun Jack hidup.
Pria yang akrab dipanggil dengan sebutan Gun Jack sebelumnya dikenal sebagai Gali--sebutan preman di Yogyakarta--berasal kampung Badran, Kecamatan Tegalrejo, Kota Yogyakarta. Bromocorah yang sudah malang melintang di dunia kelam di kota pelajar ini telah makan asam-garam kekerasaan jalanan.
Tak heran, sepeninggal Gun Jack banyak konflik jalanan bermunculan. Termasuk di kawasan Pasar Kembang. Zaman Gun Jack, satu orang perempuan pekerja seks akan menyetor Rp 150 ribu per bulan. Begitu juga pemilik rumah bordil atau penginapan tempat peempuan pekerja seks beroperasi. Nilai nominalnya sama.
“Sekarang jadi rebutan. Baik preman maupun aparat. Solusinya, semua dapat jatah biar tak ribut,” kata teman Gun Jack, Rudi Tri Purnama, Komandan Gerakan Pemuda Ka’bah (GPK) Kota Yogyakarta.
Selanjutnya: Keributan itu tak hanya di Pasar Kembang.